Gresik, 11 Februari 2025 – Ujian praktik perawatan jenazah yang dilaksanakan oleh siswa kelas 12 SMK Muhammadiyah 2 Gresik pada Selasa (11/2) menjadi pengalaman berkesan sekaligus menegangkan bagi banyak siswa. Dalam ujian ini, mereka tidak hanya diuji dalam memandikan, mengafani, dan menyolatkan jenazah, tetapi juga harus memperlakukan teman satu kelompok mereka sendiri sebagai jenazah praktik. Hal ini membuat beberapa siswa merasa gugup, bahkan takut, terutama saat mengafani.
Ujian yang berlangsung dari pukul 08.00 hingga 12.00 ini membagi siswa ke dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok secara bergantian bertugas sebagai tim yang merawat jenazah dan sebagai “jenazah” yang dipraktikkan. Proses ini memberikan pengalaman langsung tentang bagaimana menangani jenazah dengan penuh kehormatan dan sesuai dengan tata cara Islam.
Salah satu siswa, Krisna, mengaku awalnya merasa canggung saat harus mengafani temannya sendiri. “Jujur, saya merinding waktu harus membungkus teman sendiri dengan kain kafan. Rasanya aneh, takut, tapi juga sadar kalau ini adalah ilmu yang sangat penting. Setelah mencoba, saya lebih paham bagaimana tata cara yang benar,” ujarnya.
Sementara itu, Dinda, yang sempat berperan sebagai “jenazah” dalam praktik tersebut, juga membagikan kesannya. “Awalnya deg-degan banget pas harus tiduran diam sebagai ‘jenazah’, apalagi saat teman-teman mulai mengafani. Tapi dari situ, saya jadi lebih memahami bagaimana perawatan jenazah dilakukan dengan benar. Ini pengalaman yang sangat berharga,” katanya.
Menurut Muhtar, guru Pendidikan Agama Islam sekaligus penguji dalam ujian ini, metode ini sengaja diterapkan agar siswa mendapatkan pengalaman yang lebih nyata. “Ketika mereka merawat jenazah praktik yang merupakan teman sendiri, mereka jadi lebih berhati-hati, lebih memahami perasaan, dan tidak asal-asalan. Ini juga menjadi cara untuk membiasakan mereka agar tidak takut dalam menghadapi kematian,” jelasnya.
Ia juga menambahkan bahwa ujian ini bukan hanya untuk memenuhi kurikulum, tetapi juga sebagai bekal bagi siswa ketika nantinya mereka dibutuhkan dalam masyarakat. “Kita tidak tahu kapan ilmu ini akan dibutuhkan. Bisa jadi di keluarga atau lingkungan sekitar. Oleh karena itu, penting bagi siswa untuk memahami proses ini dengan benar agar mereka siap jika suatu saat dibutuhkan,” tambahnya.
Meskipun banyak yang awalnya merasa takut, pada akhirnya mereka menyadari bahwa perawatan jenazah adalah bagian dari kewajiban seorang Muslim. Dengan bekal ini, mereka diharapkan dapat mengamalkan ilmunya saat dibutuhkan di lingkungan sekitar.
Tinggalkan Komentar