Pada Selasa, 5 November 2024, Aula SMK Muhammadiyah 2 Gresik menjadi tempat diadakannya sosialisasi mengenai “3 Dosa Besar Dunia Pendidikan.” Acara ini diselenggarakan oleh mahasiswa yang tergabung dalam program Kampus Mengajar Angkatan ke-8, dengan mengundang narasumber dari Universitas Negeri Surabaya (UNESA).
Kegiatan yang digelar dalam tiga sesi ini terdiri dari pemaparan materi, pemutaran film mini bioskop, dan sesi tanya jawab, di mana para siswa diajak memahami dan mencegah bentuk-bentuk kekerasan di lingkungan sekolah.
Dalam sambutan pembukaan, dosen pembimbing lapangan, Sri Setyaningsih, S.Si., M.Sc., dari Universitas Islam Lamongan, menekankan pentingnya menjaga lingkungan sekolah dari 3 dosa besar pendidikan, yaitu Kekerasan Seksual, Bullying, dan Intoleransi. Dia mengingatkan bahwa kejadian-kejadian tersebut tidak hanya berdampak negatif pada proses belajar mengajar, tetapi juga dapat mencemarkan nama baik sekolah.
Ken Ayu Titan Aprilia Grace, ketua pelaksana, menyampaikan bahwa sosialisasi ini merupakan bagian dari program yang ditekankan dalam Aksi Kolaborasi Kampus Mengajar untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan ramah anak.
Dalam pemaparan yang disampaikan Nur Amanah Billa, mahasiswi dari Fakultas Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Surabaya ini menjelaskan secara rinci mengenai tiga dosa besar pendidikan, yaitu Kekerasan Seksual, Bullying, dan Intoleransi.
Ketiga hal ini menjadi fokus utama karena dampaknya yang merugikan bagi korban, baik secara psikologis, sosial, maupun akademis. Berikut penjabaran dari masing-masing perilaku yang termasuk dalam dosa besar ini:
“Perilaku ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan, kecemasan, dan bahkan trauma bagi korban,” jelas mahasiswi asli Gresik ini. Dia mengingatkan agar para siswa menghormati batas privasi dan menjaga perkataan, terutama dalam interaksi sehari-hari.
“Hal-hal yang sering dianggap hanya sekadar ‘guyonan’ dapat berdampak serius pada kepercayaan diri korban dan membuatnya merasa tidak aman di lingkungan sekolah,” katanya.
Diskriminasi dalam bentuk tidak melibatkan teman tertentu dalam kelompok kerja atau kegiatan kelas karena perbedaan agama atau suku juga termasuk dalam intoleransi. “Perbedaan adalah keniscayaan, jangan mempermasalahkan perbedaan. Karakter menghargai perbedaan harus terus kita tanamkan pada diri kita,” tambahnya.
Setiap bentuk dosa besar pendidikan ini, lanjutnya, dimulai dari sikap yang tampak kecil namun memiliki potensi berkembang menjadi masalah serius. Ia juga memberikan beberapa tips untuk menghindari keterlibatan dalam perbuatan dosa besar ini.
Salah satunya adalah dengan membangun komunikasi yang baik antar siswa, memilih komunitas yang positif, serta menghargai dan memahami perbedaan yang ada di antara satu sama lain. “Menjadi bagian dari lingkungan yang saling mendukung adalah kunci untuk mencegah dampak buruk dari ketiga dosa besar ini,” tutup Nabila.
Setelah sesi pemaparan, para siswa diajak menonton film pendek yang mengangkat kisah korban bullying, membuat mereka lebih terhubung dan memahami dampaknya. Kegiatan ditutup dengan sesi tanya jawab, di mana salah satu siswa, Firmansyah dari kelas XI DKV, bertanya tentang cara menghentikan bullying di sekolah.
Narasumber menekankan bahwa upaya pencegahan harus diikuti dengan implementasi nyata dalam keseharian. “Tidak bisa selesai melalui sosialisasi dan edukasi, tapi harus diterapkan betul hasilnya dalam keseharian kita sehingga kita bisa terhindar dari perilaku tersebut”, jawabnya.
Sosialisasi ini diharapkan dapat memberi kesadaran kepada siswa tentang pentingnya menjaga sikap dan perilaku, demi terciptanya lingkungan sekolah yang positif dan kondusif bagi semua pihak. (Immawan)
Tinggalkan Komentar